Kegusaran Pasangan Perkara Menahan Gairah Bercinta

   Pandemi virus corona merombak pelbagai tatanan hidup, mulai dari perekonomian, rutinitas harian, hingga gaya hidup, termasuk kehidupan seks.


Jakarta, Indonesia --
Sudah lebih enam bulan Natalie (bukan nama sebenarnya) tak berhubungan seks, gara-gara virus corona. Perempuan usia 34 ini khawatir, kalau nekat, bakal berisiko tertular virus penyebab Covid-19 tersebut.
Padahal, bagi Natalie, seks jadi salah satu jalan pelepas stres di tengah kejumudan. Apalagi di tengah wabah seperti ini, pelbagai tekanan datang beruntun. Mulai dari masalah ekonomi, pekerjaan, hingga kecemasan akan kondisi kesehatan. Natalie, termasuk yang secara rutin perlu aktivitas ini, perlu seks.
"Apalagi buat orang yang sexually active. Seks bikin rileks atau release stress," ungkap Natalie yang hampir lima tahun bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta ini, kepada Indonesia.com

Sialnya, ia dan pasangan tinggal terpisah negara. Natalie sadar, memaksakan pertemuan hanya akan membuka celah risiko penularan.
Awal tahun ini pasangannya mesti kembali ke Kamboja, sedang ia masih harus di Jakarta. Maret lalu mestinya Natalie menyusul. Tapi rencana tinggal rencana, karena corona. Tak mau ambil risiko, ia mesti menahan, entah sampai kapan.
Natalie tak sendiri, Maria (bukan nama sebenarnya) memilih 'jalan hidup seks' sama.
Diwawancara terpisah, perempuan usia 39 ini terpaksa meredam hasrat bercinta dengan sang kekasih. Praktis sejak diterapkan pembatasan sosial atau pada Maret 2020 sampai sekarang, ia mandek dulu.
"Kami takut untuk berhubungan seks. Mungkin saja gua yang sial, mungkin saja dia OTG [Orang Tanpa Gejala], kan enggak selalu gua tahu dia ngapain dan ketemu siapa saja. Dia masih ke kantor untuk ketemu orang-orang," cerita ibu satu anak yang kini berwirausaha tersebut.
Maria dan pasangannya juga sepakat untuk tak membahas hal ihwal yang mengarah ke soal seks. Ia cemas kalau-kalau hasrat salah satu di antara mereka bakal terpancing tatkala membicarakan masalah itu.
Pernah, suatu kali keduanya kebablasan berciuman. Reaksi setelahnya justru terasa ganjil, tidak seperti biasanya.
"Ciuman pernah, sekali itu, lalu udahannya kami malah kaget dan takut. Habis itu enggak pernah lagi. Enggak nyaman. Nggak nyaman karena mungkin saja bisa saling menulari," Maria mengingat.


Solo Sex alias masturbasi

Kendati begitu, tak berhubungan seks dengan pasangan bukan berarti tidak beraktivitas seksual. Natalie dan Maria punya jalan lain; solo sex atau beraktivitas seksual seorang diri.
"Untuk menyalurkan hasrat seks, gua pakai sex toys. Itu gua beli out of blue, akhir tahun lalu, ternyata ya kepake. Gua enggak phone sex dengan pasangan. Mending enggak usah sama sekali, daripada sama-sama bete liat pasangan dalam kondisi menggairahkan tapi tidak bisa disentuh. Mending mandiri," ungkap Maria.
"Gua pun enggak mengirimkan foto-foto yang mancing-mancing dia kayak biasanya. Karena percuma. Kami enggak bisa sentuhan, itu bikin bete malah," lanjut dia lagi.
Solo sex juga tak luput dari protokol kesehatan. Kedua perempuan itu sama-sama menekankan, mainan seks mereka wajib dibersihkan.
"Rutin aku cuci sebelum dan sesudah dipakai. Dan, enggak dipakai orang lain," kata Natalie.
Beberapa ahli kesehatan dan seksolog menyarankan solo sex seperti masturbasi atau menggunakan bantuan sex toys, atau juga remote sex (seks jarak jauh). Sebab aktivitas seksual ini dinilai memiliki risiko paling rendah penularan di tengah pandemi seperti ini.

                           Infografis Cara Mencegah Penularan Covid-19 Saat Berhubungan Seksual

Copyright © 2016 Raja JP