Bandara Terkutuk Jerman Akhirnya Dibuka, Telan Biaya Rp 124 Triliun
Berlin - Bandara Brandenburg di Berlin, Jerman ini dibangun
selama hampir satu dekade. Biaya konstruksinya pun membengkak hingga
lebih dari Rp 120 triliun.
Inilah Bandara Brandenburg di Berlin, Jerman. Nahas, pembukaannya pada
Sabtu lalu berbarengan dengan penerbangan dunia yang lumpuh oleh
COVID-19.
-
Pembangunan bandara ini sudah telat hampir 10 tahun. Biaya yang digelontorkan membengkak lebih dari 4 miliar euro.
Diberitakan GDK, inilah Bandara Brandenburg di Berlin, Jerman. Nahas, pembukaannya pada Sabtu lalu berbarengan dengan penerbangan dunia yang lumpuh oleh COVID-19.
Bandara
Brandenburg berdiri di lahan seluas 1.470 hektar di wilayah Schönefeld,
tenggara Berlin. Tujuan pembangunannya untuk menjadi pusat transportasi
mutakhir yang belum dimiliki ibu kota Jerman dan membuka koneksi ke
destinasi yang lebih banyak dan lebih jauh.
Proyek Bandara Brandenburg mendapat cobaan begitu banyak, dikeluhkan, tidak efisien, hingga ada yang menyebutnya dikutuk. Perjalanannya hingga dibuka tidaklah mudah dan pembukaannya kini jadi pertanda baik.
Badan perdagangan bandara Eropa, ACI, memperingatkan pada hari Selasa (3/11/2020) bahwa hampir 200 bandara di seluruh Eropa berisiko bangkrut dalam beberapa bulan dampak pandemi virus Corona. Lalu lintas penumpang turun 73% dibanding tahun lalu.
Berlin-Brandenburg Willy Brandt Airport (BER) dilaporkan telah diberikan bantuan negara sebesar 300 juta euro. Belum mengangkut satu penumpang pun.
Rencana untuk membangun bandara internasional di pusat Kota Berlin sudah ada sejak era reunifikasi. Setelah runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989, para pemimpin Jerman memulai berdiskusi tentang pembangunan bandara baru, yang mereka yakini akan membantu membangun Berlin sebagai pusat dunia baru.
Pada saat itu, kota ini memiliki tiga bandara,
Bandara Tegel Otto Lilienthal, Bandara Schönefeld, dan Bandara
Tempelhof. Semuanya memainkan peran penting dalam sejarah pergolakan
pasca-perang Berlin.
Tempelhof, dekat dengan pusat Berlin, telah ditutup dan menjadi taman.
Tegel, melanjutkan dunia penerbangan dengan fasilitas yang sudah penuh
sesak dan fasilitas usang dan akan ditutup pada 8 November nanti.
Bandara Schönefeld, diberi peringkat terburuk di dunia oleh online travel agen eDreams pada tahun 2017 dan ditutup pada 25 Oktober. Sebagian besar fasilitasnya dimasukkan ke Terminal 5 yang baru.
Jadi mengapa bandara baru, bernama resmi Bandara Berlin Brandenburg Willy Brandt butuh waktu lama untuk dibangun?
Komplikasi Bandara Brandenburg
Komplikasi Bandara Brandenburg sudah ada sejak awal. Konstruksi resmi dimulai pada tahun 2006.
Upaya
untuk memprivatisasi proyek tersebut gagal, dewan bandara jadi yang
bertanggung jawab. Kepemilikannya oleh pemerintah federal Jerman, negara
bagian Brandenburg dan Kota Berlin.
Biaya kasar pembangunan awalnya hanya sebesar 2,83 miliar euro. Bandara ini digadang jadi fasilitas yang mengesankan dan disebut-sebut sebagai yang paling modern di Eropa.
Tetapi banyak masalah teknis menunda kemajuan pembangunan dan biaya pembangunan pun membengkak. Proyeksi biaya awal jadi terlalu rendah.
Berbagai masalah
arsitektural, struktural, dan teknis muncul pada tahun 2011. Jadwal
pembukaan pada Juni 2012 pun semakin menjauh dari harapan.
Pada akhir 2011, inspektur penerbangan mulai masuk ke lokasi konstruksi Bandara Brandenburg
untuk memeriksa sistem alarm dan fitur keamanan. Desain sistem proteksi
kebakaran yang salah pertama kali membuat para ahli ragu.
Segera terlihat jelas bahwa ada masalah besar dengan elemen struktural utama. Ukuran eskalator, desain langit-langit, dan loket tiket Bandara Brandenburg salah desain.
Peresmian yang dibayangkan dengan tampilan indah dan megah oleh Kanselir Jerman Angela Merkel dibatalkan hanya beberapa minggu sebelumnya. Rasa malu dan menyakitkan menyelimuti para pejabat Jerman.
Tanggal pembukaan didorong ke 2014, kemudian menjadi 2016. Audit Negara Brandenburg diselesaikan pada 2016 menyimpulkan bahwa kegunaan bandara itu kurang dari 57%.
Akhirnya, para pejabat memutuskan untuk berhenti menawarkan tanggal yang diharapkan dan menunda seluruh proyek sampai perbaikan besar-besaran dalam manajemen dan konstruksi dapat diselesaikan.
Akhirnya,
karena pengeluaran melampaui angka 7,3 miliar euro atau lebih dari Rp
120 triliun, tanggal pembukaan Bandara Brandenburg didorong ke 2020.
Bandara Brandenburg Siap Pakai
Terminal 1 Bandara Brandenburg akan menyambut penumpang pertamanya pada 1 November. Tempat ini berupa tembok kaca yang ramping dengan perabotan modern dan konter check-in yang canggih.
Kesan
keseluruhan, bagaimanapun, adalah salah satu fungsi. Paneling kenari
terasa seperti upaya yang gagal untuk menambah kehangatan dan lebih
mirip dengan tahun 1990-an, ketika rencana bandara pertama kali lahir.
Dan tanpa tanaman hijau untuk melembutkan bagian luarnya, bangunan itu
gelap dan seperti kotak.
Elevator dan eskalator terasa sangat sempit, menunjukkan bahwa tidak semua gangguan desain tersebut berhasil diselesaikan.
Daldrup membela bandara dari tuduhan sudah ketinggalan zaman.
Kami punya banyak waktu untuk menerapkan teknologi terbaru di bandara ini," ujarnya.
"Bandara dalam berbagai aspek, aspek teknis, mengalami pembangunan kembali infrastruktur yang sangat parah."
"Kami mungkin bandara teraman di dunia karena kami diuji dengan sangat ketat, setelah bencana tahun 2012," dia menambahkan
Namun karena COVID-19, perlu waktu lama sebelum sistem akan ditantang oleh lalu lintas penumpang yang substansial.
Beroperasi dengan kapasitas yang lebih kecil. Bandara Brandenburg memiliki kapasitas lebih dari 40 juta penumpang di Terminal 1, Terminal 5. Terminal 2 akan dibuka pada musim semi 2021.
Karena pandemi, bandara itu diperkirakan hanya akan menangani sekitar 11.000 penumpang pada hari pertama operasi pada 1 November. Dan hanya 24.000 wisatawan seminggu kemudian.
Kembali pada bulan Mei, maskapai penerbangan Jerman Lufthansa, maskapai penumpang terbesar kedua di Eropa, menerima dana talangan negara sebesar USD 10 miliar.
Bersama dengan maskapai LCC EasyJet, akan menjadi dua pemain terbesar di Bandara Brandenburg.