Studi: Mode Malam di Smartphone Tak Buat Orang Mudah Tidur
Jakarta, Indonesia --
Sebuah studi menyatakan mode malam pada sebuah perangkat elektronik seperti smartphone tidak membuat perbedaan pada hasil tidur secara keseluruhan. Para peneliti menyampaikan satu-satunya cara untuk meningkatkan kualitas tidur adalah dengan sepenuhnya tidak melihat layar sebelum tidur.
Selama beberapa tahun terakhir beberapa ilmuwan telah mengklaim cahaya biru yang dipancarkan dari layar banyak perangkat elektronik dapat mengganggu pola tidur seseorang secara signifikan.
Untuk mengatasi hal itu, hampir setiap laptop atau smartphone saat ini dilengkapi dengan pengaturan khusus 'malam' yang dirancang untuk mengurangi emisi cahaya biru.
Melansir New Atlas, cahaya biru perangkat elektronik tidak banyak bertanggungjawab terhadap seberapa cepat atau berkualitas seseorang tertidur. Sebaliknya, para peneliti mengklaim keterlibatan psikologis dari penggunaan smartphone adalah faktor yang jauh lebih kuat dalam mengubah kualitas tidur seseorang.
"Meskipun ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa cahaya biru
meningkatkan kewaspadaan dan membuatnya lebih sulit untuk tertidur,
penting untuk memikirkan bagian mana dari rangsangan itu yang merupakan
emisi cahaya versus rangsangan kognitif dan psikologis lainnya," kata
Chad Jensen, salah satu peneliti yang mengerjakan proyek tersebut.
Tim peneliti dari Universitas Brigham Young dan Pusat Medis Rumah Sakit Anak Cincinnati merekrut 167 anak muda dan membaginya menjadi tiga kelompok untuk studi tujuh malam. Satu kelompok diharuskan menghabiskan satu jam sebelum tidur menggunakan iPhone mereka dengan mode Night Shift aktif.
Kelompok kedua melakukan hal yang sama, tetapi dengan mode malam dimatikan. Sedangkan kelompok ketiga diarahkan untuk tidak menggunakan telepon sama sekali selama satu jam sebelum tidur.
Kualitas tidur dilacak menggunakan akselerometer yang dikenakan di pergelangan tangan, dan berbagai hasil dihitung, termasuk waktu untuk tidur, total durasi tidur, serta frekuensi bangun selama tidur.
Menggali data, para peneliti membagi kelompok menjadi dua kelompok,
mereka yang rata-rata tidur sekitar tujuh jam setiap malam dan mereka
yang tidur kurang dari enam jam semalam.
Pada kelompok terakhir, kelompok kurang tidur yang lebih kronis, sekali lagi tidak ada perbedaan dalam hasil tidur yang terdeteksi antara ketiga kelompok.
"Ini menunjukkan bahwa ketika Anda sangat lelah, Anda tertidur tidak peduli apa yang Anda lakukan sebelum tidur. Tekanan tidur sangat tinggi sehingga tidak ada efek apa pun yang terjadi sebelum waktu tidur," ujar Jansesn
Dalam kelompok yang tidur sekitar tujuh jam semalam, para peneliti mendeteksi beberapa peningkatan yang sangat kecil pada kualitas tidur pada subjek yang tidak menggunakan telepon sama sekali sebelum tidur. Kemudian, tidak ada perbedaan apa pun di kedua kelompok penggunaan telepon.
Melansir laman resmi Brigham Young University, klaim tidur lebih nyenyak karena Night Shift hanya bersifat teoritis. Studi baru yang diterbitkan di Sleep Health menantang premis yang dibuat oleh produsen ponsel dan menemukan bahwa fungsi Night Shift sebenarnya tidak meningkatkan kualitas tidur.
Night Shift mungkin membuat layar lebih gelap, tetapi Night Shift tidak akan membantu seseorang tertidur atau tetap tertidur. Pasalnya, keterlibatan psikologis yang dialami saat mengirim SMS, menggulir, dan memposting juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil tidur.