Indonesia Peringkat Dua Penghasil Limbah Makanan Dunia, Begini Cara Menguranginya
Selain plastik, limbah makanan di Indonesia juga menajadi salah satu tantangan yang dihadapi belakangan ini. Menurut data The Economist pada tahun 2016, satu orang Indonesia membuang sekitar 300 kg limbah makanan.
Jumlah tersebut berhasil membuat Indonesia menempati posisi kedua pada kontestasi negara penghasil limbah makanan di dunia. Apabila angka tersebut terlalu besar untuk digambarkan, maka, mengutip Food and Agriculture Organization, sepertiga dari seluruh makanan yang kita hasilkan tidak berakhir menjadi konsumsi kita, melainkan sampah yang disia-siakan.
Limbah tersebut pada akhirnya hanya memiliki tiga nasib akhir; pertama menggunung dan perlahan berubah menjadi gas metana (gas rumah kaca) yang memperparah tingkat pemanasan global.
Kedua, berakhir mengotori dan menjadi polusi di laut yang membahayakan biota laut. Terakhir, limbah tersebut ‘diolah’ oleh pemerintah dengan cara memindahkan, membakar, dan menghancurkan limbah makanan. Namun, untuk ‘mengolah’ limbah tersebut, pemerintah perlu mengeluarkan 5.4 juta setiap satu ton-nya.
Untuk mengatasi problematika tersebut, tak hanya usaha dari industri penghasil makanan yang perlu melakukan kontrol produksi dan distribusi, namun, usaha dari setiap individu juga sangat berarti.
Untuk itu, Kirin menginisasi gerakan #SisaBisa untuk mengingatkan masyarakat bahwa makanan yang tersisa dari dapur masing-masing tidak perlu terbuang sia-sia dan berakhir menjadi limbah makanan. Melainkan, makanan tersebut dapat diolah kembali menjadi hidangan baru.
“Mengurangi limbah makanan merupakan salah satu cara untuk menjaga ketahanan pangan. Event ini diharapkan dapat memberi kesadaran dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai upaya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi limbah makanan, yakni dengan memanfaatkan makanan sisa di dapur untuk diolah kembali menjadi hidangan baru yang kaya rasa," kata Eka Arli Chandra selaku Corporate Brand Manager Kirin dalam keterangnnya, Senin, (27/4/2021).